Sintesis
Asam Pikrat Dan Uji Sianida Pada Tanaman
Dhiya
Alwan1, Azizah2, Indira Puspa Dewanty3, Mutia
Dewi4, Nurul Qomariyah Eka5
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian
terhadap beberapa tanaman yang akan diujikadar asam sianida (HCN) yang terdapat
pada tanaman tersebut. Penelitian inibertujuan untuk menganalisis kandungan
asam sianida (HCN) pada tanamanmelinjo dan petai cina. Asam sianida dikenal
sebagai zat beracun terhadap tubuhmanusia. Bila dicerna HCN sangat cepat
terserap oleh alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah sehingga akan
menghambat peredaran darah."ubjek penelitian adalah melinjo (biji dan
kulitnya) serta biji petai cinadengan berbagai perlakuan yang telah dimaserasikan
dengan aquadest selama 5 jam. objek penelitian adalah kandungan asam sianida
(HCN) pada melinjo dan petai cina dengan uji kualitati dan menggunakan kertas
pikrat. Hasil positi& menunjukkan perubahan 'arna kertas saring pikrat yang
kuning menjadi merahatau oren. Hasil penelitian memperlihatkan bah'a terdapat
kadar sianida padatanaman melinjo maupun petai cina yang masih mentah! namun
pada melinjomaupun petai cina yang sudah direbus atau disangray! tidak terdapat
kadar sianida karena sampel telah diberi
berbagai perlakuan seperti direbus dandisangray. Perlakuan tersebut yang
menyebabkan hilangnya kadar sianida yang ada pada sampel. kata kunci melinjo petai cina asam sianida dan kertas
saring pikrat.
1.
PENDAHULUAN
A.
TANAMAN SINGKONG
Kebanyakan tanaman singkong dapat
dilakukan dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (stek batang). Generatif
(biji) biasanya dilakukan pada skala penelitian (pemulihan tanaman) untuk
menghasilkan varietas baru, singkong lazimnya diperbanyak dengan stek batang.
Para petani biasanya menanam tanaman singkong dari golongan singkong yang tidak
beracun untuk mencukupi kebutuhan pangan. Sedangkan untuk keperluan industri
atau bahan dasar untuk industri biasanya dipilih golongan umbi yang beracun.
Karena golongan ini mempunyai kadar pati yang lebih tinggi dan umbinya lebih
besar serta tahan terhadap kerusakan, misalnya perubahan warna (Sosrosoedirdjo,
1993).
Selain kandungan gizi di atas,
singkong juga mengandung racun yang dalam jumlah besar cukup berbahaya. Racun
singkong yang selama ini kita kenal adalah Asam biru atau Asam sianida. Baik
daun maupun umbinya mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya suatu ikatan
organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN yang bersifat sangat toksik
(Sosrosoedirdjo, 1993).
Kandungan sianida dalam singkong
sangat bervariasi. Kadar sianida rata- rata dalam singkong manis dibawah 50
mg/kg berat asal, sedangkan singkong pahit/ racun diatas 50 mg/kg. Menurut FAO,
singkong dengan kadar 50 mg/kg masih aman untuk dikonsumsi manusia (Winarno
F.G, 2004). Besarnya racun dalam singkong setiap varietas tidak konstan dan
dapat berubah. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi
yaitu antara lain : keadaan iklim, keadaan tanah, cara pemupukan dan cara
budidayanya.
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi kandungan HCN yang terdapat dalam singkong, yaitu
dengan cara perendaman, pencucian, perebusan, pengukusan, penggorengan atau
pengolahan lain. Dengan adanya pengolahan dimungkinkan dapat mengurangi kadar
HCN sehingga bila singkong dikonsumsi tidak akan membahayakan bagi tubuh
(Sumartono, 1987).
B.
TANAMAN
KENTANG
Racun alami yang dikandung kentang
termasuk dalam golongan glikoalkaloid dengan dua macam racun utama yaitu
solanin dan chaconine. Biasanya racun yang dikandung oleh kentang berkadar
rendah dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bagi manusia. Meskipun
demikian, kentang yang berwarna hijau, bertunas dan secara fisik telah rusak
atau membusuk dapat menyebabkan glikoalkaloid dalam kadar yang tinggi. Racun
tersebut terutama terdapat pada daerah yang berwarna hijau, kulit atau daerah
di bawah kulit. Kadar glikoalkoid yang tinggi dapat menimbulkan rasa seperti
terbakar di mulut, sakit perut, mual dan muntah. Sebaiknya kentang disimpan di
tempat yang sejuk, gelap, dan kering serta dihindarkan dari paparan sinar
matahari atau sinar lampu. Untuk mencegah terjadinya keracunan sebaiknya
kentang dikupas kulitnya dan dimasak sebelum dikonsumsi.
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
Alat
:
·
Gelas Kimia 250 mL
·
Gelas Ukur
·
Batang pengaduk
·
Corong Grooch
·
Penanggas air
·
Pendingin es
Bahan
:
·
Fenol
·
Asam Sulfat pekat (H2SO4)
·
Asam Nitrat pekat (HNO3)
·
Etanol
·
Es
·
Aquadest
Asam
tartrat 8%
Natrium
Karbonat 0.1 M
B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan
Asam Pikrat
Timbang kedalam gelas kimia 250 mL 4 gram fenol,
tambahkan 5 mL H2SO4 pekat. Kemudian
panaskan dalam penangas air selama 30 menit sambil diaduk. Kemudian didinginkan
dalam air es. Tambahkan 15 mL HNO3 pekat perlahan-lahan, (lakukan dalam lemari
asam). Cairan segera diaduk sampai tercampur homogen. Diamkan beberapa saat,
maka akan terjadi reaksi hebat dan terbentuk uap coklat (hati-hati uap
beracun). Panaskan selama 1 jam dengan
menggunakan water bath di dalam lemari asam sampai uap coklat hilang. Tambahkan
kedalamnya 50 mL air dingin Dinginkan dalam air es Saring kristal sambil dicuci
dengan aquadest. Rekristalisasi
dengan menggunakan pelarut
campuran air dan
alcohol (1:2). Dibutuhkan sekitar 65 ml campuran. Saring dan keringkan.
2. Pembuatan Kertas Pikrat
disiapkan kertas saring berukuran ± 1 x 7 cm beberapa
helai sesuai dengan yang dibutuhkan. Kemudian dicelupkan kertas saring tersebut
dalam larutan asam pikrat jenuh, lalu dikeringkan di udara.
3. Uji
kualitatif Asam Sianida pada Tanaman Singkong, Alpukat dan Kentang
Bagian singkong yang akan di kenakan pada percobaan
ini adalah singkong (kulit dan daging buah), alpukat (daging buah) dan kentang
(daging buah).
Pada sampel tersebut dilakukan penghalusan bahan uji
sebanyak 35 gram, kemudian di maserasi dengan 25
ml aquadest dalam masing-masing erlenmeyer tersebut dan ditambahkan 10 ml
larutan asam tartrat 8%. Kemudian diletakkan kertas pikrat yang telah
dikeringkan pada leher erlenmeyer. Di panaskan di atas hot plate sampai uap memberikan
warna coklat pada kertas pikrat tersebut yang menandakan bahwa tanaman tersebut
positif mengandung sianida. Kemudian di amati dan dibandingkan kepekatan warna
pada sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
SAMPEL
|
KANDUNGAN SIANIDA
|
SINGKONG
|
$$$
|
KENTANG
|
$$
|
ALPUKAT
|
$
|
Ket
$ menunjukan banyaknya sianida yang terdapat
Penelitian uji sianida
ini dilakukan pada 3 sampel yaitu singkong, kentang dan buah alpukat yang di
dapatkan di pasar ciputat, Tangerang Selatan. Uji sianida ini
dilakukan dengan cara di hancurkan sampel dalam mortar hingga hancur dan
sedikit halus. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kertas
pikrat. Percobaan diawali dengan memaserasikan sejumlah sampel (kualitatif) ke
dalam erlenmeyer yang berisi cairan pencari, dalam penelitian ini digunakan
aquadest. Maserasi sampel ini bertujuan untuk melakukan penyarian zat aktif
yang terdapat pada sampel.
Cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses
difusi). Dengan persamaan reaksi :
CN-+
H2O → HCN + OH-
Penambahan asam
tartrat bertujuan untuk menghasilkan uap HCN oleh hidrogen dari asam tartarat
(H2.C4H4O6 ) yang beraksi dengan ion CN- yang terlarut dalam air sehingga
dihasilkanlah uap HCN. Reaksi yang berlangsung adalah : 2CN-+ 2H→2HCN
Pencelupan kertas saring ke dalam asam pikrat dan natrium karbonat bertujuan
agar uap HCN terperangkap di dalam asam tersebut sehingga uap HCN
yang dihasilkan dapat mengubah warna kertas saring yang semula berwarna kuning
menjadi coklat. Dari ketiga sampel
tersebut, yang paling banyak
mengandung sianida yaitu singkong, kemudian kentang dan terakhir
alpukat. Pada sampel singkong terdapat banyak sianida karena dalam uji
coba di gerus beserta kulitnya yang mengandung banyak sianida. Hal ini ditandai
dengan lebih coklatnya kertas pikrat pada sampel singkong. Sementara pada
sampel