Minggu, 10 April 2016

Penghijrahanku (I)



Assalamualaikum ukhti yang shalihah, bagaimana kabarmu? Wah senang sekali saya bisa sharing dengan ukhti sekalian.
Ada sahabat saya yang bertanya “Dir kok jilbab lu panjang sih? Gak gaul banget. Gerah loh, mending pake yang pendek kayak kemaren aja atau yang tipis. Risih liatnya”
Saya hanya membalas “Di neraka jauh lebih panas”
Dan diapun terdiam.
Ukhti, saya ingin menceritakan perjalanan hijrah saya yang menurut mereka, saya berubah total muai dari gaya bicara, penyampaian, cara berpakaian dsb. Saya memang lulusan pesantren, namun mungkin saudara hanya bisa melihat dari kulit. Tapi, cara berpakaian saya bisa di lihat sangat berbeda bahkan seperti bkan anak pesantren yang ada pada benak saudara sekalian. Karena saya salah satu anak yang tomboi, bergaul dengan lawan jenis seperti tak ada batas, bicara celetuk, pacaran dan termasuk maksiat di dalamnya (maksiat tangan, hati, telinga dll). Tiap orang memang punya jatah hijrahnya masing-masing. Tapi mungkin saudara bilang “Ah, gue sih udah di takdirkan jadi anak nakal..” dan bisa jadi “Ah Allah kan udah nulis takdir gua buat maksiat sama doi, tobat mah entar aja”
Ingat ukhti shalihah, Allah tidak pernah menakdirkan seorang hamba untuk menjadi buruk, rendah, hina dan hal negatif lainnya. Allah selalu memerintahkan kita dalam hal kebaikan, membahagiakan dan Allah sayang sama seluruh hambanya, termasuk PEREMPUAN!
Coba kita ingat kembali pada masa jahiliyah dimana perempuan jadi barang yang di perjual belikan, dimana perempuan seenaknya di permainkan dengan yang bukan halalnya, perempuan dijadikan budak, dibayar hanya untuk sebagai pemuas nafsu bahkan menjadi aib keluarga sendiri lalu dibunuhnya tiap ada bayi perempuan yang lahir! Inna lillahi wa inna ilaihi raa jiun.
Ukhti, seharusanya kita bersyukur. Amat bersyukur kepada Allah SWT. Karena apa? Karena islam datang membawa seribu kebahagiaan, seribu kebaikan yang tak hentinya. Subhanallah, wanita begitu di agungkan dengan caranya dalam aturan Allah wanita di serukan untuk menutupi auratnya, menjulurkan jilbabnya hingga menutupi dada, melarang ikhwan menyentuh kepada yang bukan mahramnya. LALU MENGAPA MASIH BANYAK WANITA YANG MENGUMBAR AURATNYA?
Sadarkah bahwa kita apabila tidak mengikuti perintahNya sama dengan kita menghinakan diri kita sendiri? Sadarkah bahwa kita merendahkan diri kita sendiri? Sadarkah bahwa kita sama dengan binatang? NAUDZUBILLAHIMIN DZALIK
Pernahkah kita pergi ke sebuah toko kue lalu melihat kue yang di penuhi lalat kita akan tetap membeli untuk memakannya? Pernahkah? Tidakkah jijik dengan kue tersebut?
Menanggapi hal tersebut, apa yang saudara pikirkan? Apa yang ingin saudara lakukan? Mungkin kadang kita berfikir “ah nanti saja, saya belum siap. Mungkin belum waktunya” belum waktunya? Kapan waktu yang tepat? Tidak ada waktu yang tepat apabila itu hanya di dalam pikiran dan belum kita lakukan. Waktu yang tepat hanya akan datang kepada kita yang mencari dengan melakukan. Coba saja dulu bagaimana rasanya memakai jilbab, seminggu, dua minggu ubah celana dengan rok, dan terus bertambah hingga akhirnya kita istiqomah. Dan jangan pernah coba untuk mundur apabila kita jenuh, lebih baik berhenti tetap di titik itu, daripada kita kembali ke zona negatif kita. Ingat, tidak ada waktu yang tepat, karena kita tidak tahu kapan kita menemui ajal kita kembali kepada YME.
Siapkah kita meninggal, menghadap yang kuasa dengan diri yang kotor? Relakah kita bertemu Sang Terkasih dengan jiwa yang hampa?
Bagi ukhti yang merasa hatinya kosong karena mungkin baru di tinggal sang pujaan hati, isi hati dengan Allah. Karena saat-saat galau seperti itu, setan mudah masuk dan membisikan hal-hal yang sama sekali merugikan kita. Galau, nangis, meratap hanya dapat membuang waktu kita yang padahal dapat kita isi dengan keaikan-kebaikan, pembenahan diri, taubat, dan mengasah potensi besar kita yang di titipkan oleh Allah SWT. Boleh kita bersedih, silahkan flashback, kumpulkan barang kenangan, kunjungi tempat favorit, dengarkan lagu kenangan serta rasakan perasaan itu dan jangan pernah coba lupakan! Silahkan tangisi hingga saat anda menemukan hal itu, dari lagu, sampai ke tempat favorit, anda tidak lagi berduka, anda merasa bebas dan bahagia. Karena jika kita “pura-pura” acuh di luar atau menafikkan diri, semua akan tetap terasa dan kadang suka lama move on. Yang padahal jika tangis itu kita luapkan, hanya dalam beberapa jam dan menit kita dapat menghilangkan perasaan sakit itu!
Ikhlaskan, karena sesungguhnya Allah cemburu, Allah ingin kita bertemu denganNya lagi dikala malam, Allah ingin kita berbicara mengenai permasalahan kita lagi kepadaNya, bukan pada makhluknya. Allah ingin kita lebih banyak terfokus kepada masa depan kita, kebaikan kita terhadap orang lain, usaha kita terhadap negeri ini, kontribusi kita, dan Allah ingin mendekatkan kita lagi kepada keluarga kita yang mungkin jarang lagi berkumpul, bahkan sekedar memberi kabar pun hampir tidak pernah.
Ukhti shalihah, tidak ada yang namanya pacaran syar’i.. intinya tidak ada pembenaran dan toleransi untuk pacaran sedikitpun di dalam al-quran. Karena tidak akan pernah ada dua cinta dalam satu hati, layaknya pacaran kita akan terlena dengan canda, tawa serta bahagia yang padahal semua itu fana. Itu semua adalah nafsu. Bagaimana tidak? Pria yang berkomitmen, pasti berani datang kerumah dengan membawa segala kesiapannya hanya untuk yang tercinta. Bukan mengumbar janji-janji manis untuk menikahkan. Karena hakikat cinta hanya 2 yaitu mengikhlaskan atau menghalakan.
Ukhti, sayangilah dirimu karena dirimu adalah permata yang di investasikan tuhan di dunia ini. Sayangi dengan menjaga kehormatanmu hanya untuk yang dicinta, perbaiki hati yang usang dengan mendekatkan diri kepada ilahi. Ikuti semua nasihat baik dari yang maha cinta. Pantaskan diri apabila ingin mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena anak-anak yang shalihah datang dari madrasah yang baik yaitu ibu yang baik. Karena wanita baik akan mendapat pria yang baik pula. Tapi niatnya jangan salah ya, hanya untuk Allah :)
*bukan karena saya lebih baik dari saudara sekalian, jika ada kesalahan minta kritiknya ya. makasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar