Dia bilang dia sayang
“hai ra, gimana kabar kamu?”
Itu pesan pertama yg aku dapat setelah beberapa minggu kita
tidak bertemu. Berbeda, ya aku masih sangat takut terhadap sakit hati. Sakit yang
menyebabkan aku tidak bisa lupa sejak 4 tahun silam. Karena ke gagalanku
menikah dengan seorang pria. Pria itu, yang dapat membuatku jatuh hati untuk
pertama kalinya.
Aku harus balas apa? Sudah 2 hari pesan itu ku endapkan
dalam handphone ku, hanya untuk menjaga bagian dari diriku, hati. Karena ia
begitu sensitif terhadap suatu goresan. Goresan apapun itu. Dan kemudian aku
memutuskan untuk membalas dengan keadaan yang biasa saja. Karena aku tau, tiap
orang berhak untuk berteman dengan siapapun termasuk kami. Lalu, kujawab
“hai juga han, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?”
“kemana saja? Aku khawatir.”
Air mata berbalap-balapan membasahi pipi. Mataku sudah mulai
membengkak. Kenangan itu selalu datang mencambuk-cambuk perasaanku, aku harus
apa? Berlari ataukah terus diam membeku? Atau bahkan harus ikut berjalan
bersamanya, mengikuti alur permainannya yang baru?
Dia bilang dulu dia sayang, tapi mengapa aku terluka
bersamanya? Mengapa ia pergi membuatku terkoyak oleh rasa sepiku sendiri yang
dibuat olehnya.
Air mata kala itu, genggaman terakhir, ciuman hangat waktu
itu dan pelukan terindah waktu itu menjadi kata perpisahan di sabtu senja
selepas kepergiannya menuju tanah kelahirannya. Akupun tak mengerti apa yang
akan dia lakukan lagi selepas ia pergi, lalu hadir kembali?
Dia bilang dia sayang, dia peduli, dia tak akan menyakiti,
dia akan melindungiku, tapi mengapa ia menjadi mawar berduri? Disaat keindahannya
baru saja aku yakini, ternyata ia menusukku. Pertemuan itu, kini tak lagi ada
setelah kami memutuskan untuk berpisah. Lagi.. apakah aku terlalu bodoh untuk
mempercayainya setelah aku terluka karena satu pria lalu menerima pria lain
yang awalnya kuyakini ia sebagai penyembuh luka?
Burhan, aku begitu mencintaimu sebelum aku tau bahwa kamu
memilihku sebagai pelarianmu. Aku tak menyangka bahwa kamu akan sekeji ini
terhadapku.